Soeharto
By Tessa Simahate
Soeharto, mendengar nama ini seluruh rakyat Indonesia dan penduduk dunia mengetahui bahwa ia adalah salah satu pimpinan negara besar. Bapak yang satu ini memimpin negara Indonesia dalam jangka waktu cukup lama yaitu 32 tahun dan terus terpilih dalam beberapa kali pemilihan umum dengan perahu besarnya yang bernama golkar.
Pada tahun 1998 seorang soeharto jatuh dalam tuntutan yang disuarakan oleh golongan muda Indonesia secara serentak di seluruh daerah di Indonesia, mulai dari saat itu hidup soeharto tidak lagi tenang seperti sediakala. hujatan, makian, justifikasi, terus mendera dirinya baik dari masyarakatnya maupun masyarakat internasional. Bahkan institusi sekelas PBB dan bank dunia yang harusnya concern terhadap ekonomi dan kemanusiaan mengeluarkan statement yang tidak pada tempatnya, bahwa PBB adalah institusi dunia yang concern terhadap semua permasalahan yang di hadapi bangsa-bangsa itu memang menjadi tugasnya tetapi PBB sebagai suatu institusi tidak berhak mengeluarkan statement tentang kekayaan pribadi seorang pimpinan atau bekas pimpinan suatu bangsa dimana pada saat yang berasamaan tuntutan yang dilayangkan soeharto pada majalah ‘time’ asia yang mengulas tentang kekayaan pribadi soeharto pada artikel yang berjudul ‘family firm empire’ telah dimenangkan oleh pengadilan tinggi dan majalah kelas dunia ini harus membayar ganti rugi pada pihak soeharto sebesar 2 milyar rupiah.
Terlepas dari semua itu soeharto hanyalah seorang manusia, seorang suami yang ingin membahagiakan istrinya, seorang ayah yang ingin membahagiakan anaknya, seorang kakek yang tidak ingin cucunya kekurangan apapun, seorang abang yang ingin adiknya hidup berkecukupan, tetapi pada saat yang sama dia harus menjadi seorang presiden dan bapak negara yang harus memikirkan kelangsungan hidup masyarakatnya, mengentaskan kemiskinan yang berhasil di tekan menjadi 11 % pada masa pemerintahannya, melanjutkan pembangunan yang sedang di upayakan negara, menjaga agar negara yang secara geografis besar ini bisa tetap menjadi negara besar tidak saja geografisnya tetapi juga sumbangsihnya terhadap dunia, menjaga nama baik negara di hadapan dunia dan lebih dari itu sebagai bapak negara presiden di tuntut menyelesaikan permasalahan negara yang semakin kompleks pada saat itu.
Apakah masyarakat Indonesia tidak melihat sisi baik dari seorang soeharto, apakah hanya karena nila setitik rusak susu sebelanga, toh negara Indonesia tidak pernah semakmur pada saat soeharto memerintah, masyarakat Indonesia harus belajar pada sejarah rusia yang menjatuhkan tsarnya yang dianggap tidak memimpin dengan baik dan ternyata pasca kejatuhan tsar tersebut rusia pun tidak pernah lagi semakmur dan sedamai pada saat tsar tersebut memimpin dan rakyat rusia menyesali hal tersebut. Jika Indonesia tidak menginginkan kejadia serupa maka maafkanlah seorang soeharto, sebagai pribadi, sebagai masyarakat dan sebagai korban penyelewengannya.
By Tessa Simahate
Soeharto, mendengar nama ini seluruh rakyat Indonesia dan penduduk dunia mengetahui bahwa ia adalah salah satu pimpinan negara besar. Bapak yang satu ini memimpin negara Indonesia dalam jangka waktu cukup lama yaitu 32 tahun dan terus terpilih dalam beberapa kali pemilihan umum dengan perahu besarnya yang bernama golkar.
Pada tahun 1998 seorang soeharto jatuh dalam tuntutan yang disuarakan oleh golongan muda Indonesia secara serentak di seluruh daerah di Indonesia, mulai dari saat itu hidup soeharto tidak lagi tenang seperti sediakala. hujatan, makian, justifikasi, terus mendera dirinya baik dari masyarakatnya maupun masyarakat internasional. Bahkan institusi sekelas PBB dan bank dunia yang harusnya concern terhadap ekonomi dan kemanusiaan mengeluarkan statement yang tidak pada tempatnya, bahwa PBB adalah institusi dunia yang concern terhadap semua permasalahan yang di hadapi bangsa-bangsa itu memang menjadi tugasnya tetapi PBB sebagai suatu institusi tidak berhak mengeluarkan statement tentang kekayaan pribadi seorang pimpinan atau bekas pimpinan suatu bangsa dimana pada saat yang berasamaan tuntutan yang dilayangkan soeharto pada majalah ‘time’ asia yang mengulas tentang kekayaan pribadi soeharto pada artikel yang berjudul ‘family firm empire’ telah dimenangkan oleh pengadilan tinggi dan majalah kelas dunia ini harus membayar ganti rugi pada pihak soeharto sebesar 2 milyar rupiah.
Terlepas dari semua itu soeharto hanyalah seorang manusia, seorang suami yang ingin membahagiakan istrinya, seorang ayah yang ingin membahagiakan anaknya, seorang kakek yang tidak ingin cucunya kekurangan apapun, seorang abang yang ingin adiknya hidup berkecukupan, tetapi pada saat yang sama dia harus menjadi seorang presiden dan bapak negara yang harus memikirkan kelangsungan hidup masyarakatnya, mengentaskan kemiskinan yang berhasil di tekan menjadi 11 % pada masa pemerintahannya, melanjutkan pembangunan yang sedang di upayakan negara, menjaga agar negara yang secara geografis besar ini bisa tetap menjadi negara besar tidak saja geografisnya tetapi juga sumbangsihnya terhadap dunia, menjaga nama baik negara di hadapan dunia dan lebih dari itu sebagai bapak negara presiden di tuntut menyelesaikan permasalahan negara yang semakin kompleks pada saat itu.
Apakah masyarakat Indonesia tidak melihat sisi baik dari seorang soeharto, apakah hanya karena nila setitik rusak susu sebelanga, toh negara Indonesia tidak pernah semakmur pada saat soeharto memerintah, masyarakat Indonesia harus belajar pada sejarah rusia yang menjatuhkan tsarnya yang dianggap tidak memimpin dengan baik dan ternyata pasca kejatuhan tsar tersebut rusia pun tidak pernah lagi semakmur dan sedamai pada saat tsar tersebut memimpin dan rakyat rusia menyesali hal tersebut. Jika Indonesia tidak menginginkan kejadia serupa maka maafkanlah seorang soeharto, sebagai pribadi, sebagai masyarakat dan sebagai korban penyelewengannya.
3 komentar:
apakah kata maaf bisa menyelesaikan KKN yang mendarah daging?
andai bisa...hiks :(
Ketika kedamaian ditegakkan melalui terror sunyi, ketika bersuara harus berbatas, ketika cara mengentaskan kemiskinan dengan cara membebani rakyat dengan berhutang, sehingga anak cucu kita menanggungnya,ketika sistem mengijinkan Tionghoa memiliki tanah dinegeri kita, maafkan saya bila saya 'mungkin' berpikiran picik bahwa Cara itu SALAH kawan, bahwa soeharto memang salah!!!.
Memperbaiki sesuatu hal yang sudah lama mengakar dan mendarah daging di jiwa,tidak dapat instant.
Oi..oi...cantik nian kata2 mu Rhe...
kenapa tak kau hiasi di halaman taman ini. biar elok dan wanginya semerbak!
Posting Komentar