JEJAK KARYA

Rabu, 10 Oktober 2007

Perempuan menulislah!

Siapasih yang tidak kenal dengan JK. Rowling…Penulis Harry Potter yang imajinatif. Perempuan terkaya didunia karena tulisannya.

Di Indonesia, siapa yang tak kenal sederet penulis perempuan yang menulis tentang apa saja. Siapa yang tak kenal Kartini, yang didaulat menjadi pahlawan Nasional, pejuang kaum perempuan dan diabadikan dalam lagu ibu kita kartini,. Keabadiannya hanya karena TULISAN, meski tulisan yang tak sengaja di publikasikan ke masyarakat, tapi tulisan untuk para sahabatnya.

Tulisan memang lebih mengabadi dari pada ucapan. Itulah sebabnya, masyarakat lebih kenal sederet tokoh menjagkau lebih lama dari masa hidup tokoh itu sendiri, dibandingkan para anggota DPR yang nota bene wakil dari suara nya, hanya karena namanya tertulis, karyanya tertulis dan di baca tanpa batasan ruang dan waktu.

Seperti Soekarno yang menelurkan beberapa buku. Pemikirannya akan tetap terbaca oleh para penerus bangsa. Marhaenisme akan diteruskan karena buku menjadi benang merahnya. Pramis akan tetap ada karena buku-bukunya (tulisannya) ada.

Seperti Ahmad Wahib yang usianya hanya tak sapi kepala tiga, namun karyanya merubah sudut pandang banyak orang.

Seperti Wiji Thukul, yang hilang lenyap ditelan bumi, tapi bumi tak mampu melenyapkan puisi sederhananya yang menggigit.

Tak mengherankan ketika komnas perempuan menganjurkan aksi perempuan menulis. Karena kekuatan menulis, menembus batas waktu dan ruang. Meski perempuan terkurung oleh tembok rumahnya, selama pemikirannya tertulis, kelak tulisan itu mampu menembus batas ruang dan waktu.
Cobalah simak puisi tentang korban kekerasan dalam rumah tangga di bawah ini…

Jangan Kirimi Aku Bunga
Oleh: Tidak Diketahui

Aku mendapat bunga hari ini.
Meski hari ini bukan hari istimewa dan bukan hari ulangtahunku.
Semalam untuk pertama kalinya kami bertengkar
Dan ia melontarkan kata-kata menyakitkan.
Aku tahu ia menyesali perbuatannya karena hari ini ia mengirimi aku bunga.

Aku mendapat bunga hari ini.
Ini bukan ulangtahun perkawinan kami atau hari istimewa kami.
Semalam ia menghempaskan aku ke dinding dan mulai mencekikku.
Aku bangun dengan memar dan rasa sakit sekujur tubuhku.
Aku tahu ia menyesali perbuatannya karena ia mengirim bunga padaku hari ini.

Aku mendapat bunga hari ini,
Padahal hari ini bukanlah hari Ibu atau hari istimewa lain.
Semalam ia memukul aku lagi, lebih keras dibanding waktu-waktu yang lalu.
Aku takut padanya tetapi aku takut meningggalkannya.
Aku tidak punya uang. Lalu bagaimana aku bisa menghidupi anak-anakku?
Namun, aku tahu ia menyesali perbuatannya semalam, karena hari ini ia kembali mengirimi aku bunga.

Ada bunga untukku hari ini.
Hari ini adalah hari istimewa... inilah hari pemakamanku.
Ia menganiayaku sampai mati tadi malam.
Kalau saja aku punya cukup keberanian dan kekuatan untuk meninggalkannya, aku tidak akan mendapat bunga lagi hari ini...

Dalam puisi sederhana ini, siapapun bisa memahami bagaimana kondisi KDRT. Disinilah sebuah ide, sebuah realitas tersampaikan. Rangkaian huruf yang mampu menggugah kemanusiaan.

Maka Perempuan, Mulailah dengan menulis apa saja. Sederhana bukan?!. Telah banyak contoh mereka yang melakukannya, dan tak sia-sia di masa depannya. Kenapa kita tidak memulainya sekarang?!

1 komentar:

tessa simahate mengatakan...

aq saja sebagai perempuan terkadang tidak mengerti jalan pikiran perempuan,senang di gombali, sangat pemaaf. hai perempuan - perempuan di luar sana ketahuilah bahwa baik dan bodoh sangat tipis perbedaannya, jangan kalian berfikir bahwa kalian baik ternyata kalian di bodohi, jangan mencoba menjadi sempurna karena kalian tidak akan bisa, follow your heart ok, atau nonton monalisa smile dech