JEJAK KARYA

Jumat, 21 Desember 2007

Katak dan Gender


Ada analogi yang berkesan yang kudapat dalam pelatihan PFPM yang lalu.

Analogi Katak dalam Bejana.
Andai ada 2 bejana yang dipanaskan diatas tungku api. satu bejana kosong dan satunya lagi di isi oleh air. pertanyaannya...jika katak masuk ke ke dua bejana tersebut, di bejana manakah katak akan mati terlebih dulu?

Jawabannya katak akan mati lebih dulu di bejana yang kosong. karena panas bejana akan langsung memanaskan kulit Katak. Sedangkan di bejana yang berisi air, Katak akan mati perlahan-lahan, seiring dengan air yang semakin panas. Katak bisa saja melepaskan diri jika dia segera keluar dari bejana yang berisi air tersebut. Tapi di bejana yang kosong, katak kemungkinan besar akan mati.

Ketidak adilan gender, seperti katak dalam bejana yang berisi air yang dipanaskan. Untuk beberapa saat Katak akan merasa nyaman karena dia berada di komunitas air yang merupakan habitatnya. Tapi tanpa dia sadari, sebenarnya tempat itu tidak layak lagi. Jika tak mampu berpindah ke tempat yang lebh baik, tentu saja katak itu akan mati terebus.

Ketidak adilan Gender sering dianggap bukan masalah, terutama bagi pihak yang merasa nyaman dengan kondisi tersebut. Meski yang lebih sering dirugikan adalah kaum perempuan, tapi banyak juga kaum perempuan yang merasa nyaman dengan ketidak adilan yang dialaminya. Contoh yang paling ekstrim mungkin dalam kekerasan dalam rumah tangga. Toleransi terhadap kekerasan yang dialami perempuan, jika dibiarkan terus menerus akan menjadi hal yang dianggap wajar. Perempuan korban kemudian merasa tak berani, kehilangan kepercayaan diri.

Perempuan sering berada di posisi katak dalam bejana air yang dipanaskan ini. Pemberdayaan kaum perempuan sering justru terkendala karena kaum perempuan yang merasa nyaman dengan kondisi yang sebenarnya tak berpihak pada perempuan. Bahwa perempuan adalah mahluk lemah dan harus dilindungi dianggap sebagai sebuah kewajaran, dan banyak lagi. Ini sebenarnya tantangan dalam pemberdayaan perempuan. Membuka mata kaum perempauan bahwa ada realitas ketidakadilan yang dihadapi perempuan. Bahwa ada api yang mengancam diluar bejana air yang nyaman tersebut. Api itu bernama ketidak adilan.



Tidak ada komentar: